R.A. Kartini Perempuan terbaik di Indonesia tapi Cut Nyak Dhien Terbaik di Dunia
Setelah membaca beberapa cerita tokoh-tokoh besar di Indonesia tersirat di hati saya beberapa keanehan di negeri Indonesia dan sepertinya banyak hal- hal yang tak lazim malah di besar-besarkan. Topik saya kali ini adalah Tentang Perempuan Terbaik di Indonesia Antara R.A Kartini dan Cut Nyak Dhien.
R.A. Kartini atau Raden Ayu Kartini hanyalah sosok wanita yang menjadi pelopor untuk kebangkitan wanita pribumi. R.A Kartini memiliki keinginan untuk dapat melihat wanita pribumi mendapatkan persamaan hak didalam berbagai aspek bagi kehidupan masyarakat seperti persamaan hak wanita dengan laki-laki, kebebasan dalam menuntut ilmu, maupun dalam mengekang kebebasan wanita. Tidak ada terlihat sesuatu yang hebat di mata dunia karena masih banyak wanita lain yang bisa melakukan seperti yang beliau lakukan dan cuma dikenal di Indonesia saja dan malah pernah ingin belajar ke negeri belanda, Bangsa yang ratusan tahun membuat Indonesia Menderita.
R.A. Kartini atau Raden Ayu Kartini hanyalah sosok wanita yang menjadi pelopor untuk kebangkitan wanita pribumi. R.A Kartini memiliki keinginan untuk dapat melihat wanita pribumi mendapatkan persamaan hak didalam berbagai aspek bagi kehidupan masyarakat seperti persamaan hak wanita dengan laki-laki, kebebasan dalam menuntut ilmu, maupun dalam mengekang kebebasan wanita. Tidak ada terlihat sesuatu yang hebat di mata dunia karena masih banyak wanita lain yang bisa melakukan seperti yang beliau lakukan dan cuma dikenal di Indonesia saja dan malah pernah ingin belajar ke negeri belanda, Bangsa yang ratusan tahun membuat Indonesia Menderita.
R.A. Kartini Perempuan terbaik di Indonesia tapi Cut Nyak Dhien Terbaik di Dunia
Berbeda dengan sosok wanita yang menjadi pemimpin perang melawan penjajah dari Aceh. Cut Nyak Dhien adalah salah seorang pejuang perempuan terhebat yang dimiliki negeri ini namun konteks perjuangan beliau adalah mengusir orang Belanda dari Aceh, bukan wanita yang ingin tampil di publik yang cuma bisa berbicara namun tidak disertai dengan tindakan atau menyuarakan hal-hal yang menurut kita tidak berguna.
Cut Nyak Dhien dilahirkan pada tahun 1848 di Aceh Besar di wilayah VI Mukimm, ia terlahir dari kalangan keluarga bangsawan dan ayahnya Cut Nyak Dhien yang bernama Teuku Nanta Seutia. Dan juga seorang uleebalang, yang juga garis keturunan dari Datuk Makhudum Sati.
Datuk Makhudum Sati saat datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh yang diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu maka Ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau dan Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.
Ketika masa kecil Cut Nyak Dhien beliau memperoleh pendidikan agama yang dididik bersama orang tua ataupun guru agama dan rumah tangga seperti memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang mendapat didikan yang baik dari orang tuanya dan banyak laki-laki yang menyukai Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya namun pada usia 12 tahun Cut Nyak Dhien sudah dinikahkan pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga merupakan seorang putra dari uleebalang Lamnga XIII. Namun ketika tahun 1878 Teuku Ibrahim Lamnga yang suami dari Cut Nyak Dhien tewas karena telah gugur saat dalam perang melawan Belanda di Gle Tarum pada tanggal juni 29 tahun 1878.
Karena meninggalnya Ibrahim Lamnga membuat duka yang mendalam bagi Cut Nyak Dhien dan Tidak lama setelah kematian Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dhien dipersunting Teuku Umar pada tahun 1880.
Teuku Umar merupakan salah satu tokoh yang melawan Belanda. Pada ketika awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar mengizinkannya ikut serta dalam medan perang dan Cut Nyak Dhien pun setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880 dan Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Cut Gambang dan setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku Umar berperang bersama melawan Belanda.
Cut Nyak Dhien dilahirkan pada tahun 1848 di Aceh Besar di wilayah VI Mukimm, ia terlahir dari kalangan keluarga bangsawan dan ayahnya Cut Nyak Dhien yang bernama Teuku Nanta Seutia. Dan juga seorang uleebalang, yang juga garis keturunan dari Datuk Makhudum Sati.
Datuk Makhudum Sati saat datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh yang diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu maka Ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau dan Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.
Ketika masa kecil Cut Nyak Dhien beliau memperoleh pendidikan agama yang dididik bersama orang tua ataupun guru agama dan rumah tangga seperti memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang mendapat didikan yang baik dari orang tuanya dan banyak laki-laki yang menyukai Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya namun pada usia 12 tahun Cut Nyak Dhien sudah dinikahkan pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga merupakan seorang putra dari uleebalang Lamnga XIII. Namun ketika tahun 1878 Teuku Ibrahim Lamnga yang suami dari Cut Nyak Dhien tewas karena telah gugur saat dalam perang melawan Belanda di Gle Tarum pada tanggal juni 29 tahun 1878.
Karena meninggalnya Ibrahim Lamnga membuat duka yang mendalam bagi Cut Nyak Dhien dan Tidak lama setelah kematian Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dhien dipersunting Teuku Umar pada tahun 1880.
Teuku Umar merupakan salah satu tokoh yang melawan Belanda. Pada ketika awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar mengizinkannya ikut serta dalam medan perang dan Cut Nyak Dhien pun setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880 dan Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Cut Gambang dan setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku Umar berperang bersama melawan Belanda.
EmoticonEmoticon