Rabu, 11 Mei 2016

Teungku Chik di Tiro Pahlawan Nasional Dari Aceh

Teungku Chik di Tiro Pahlawan Nasional Dari Aceh

Teungku Chik di Tiro bernama lengkap Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman

Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman (Tiro, Pidie, 1836 - Aneuk Galong, Aceh Besar, Januari 1891) beliau seorang pahlawan nasional dari Aceh.

Teungku Muhammad Saman adalah putra dari Teungku Syekh Ubaidillah dan ibunya bernama Siti Aisyah, putri Teungku Syekh Abdussalam Muda Tiro. Ia lahir pada tahun 1836 dan bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie, Aceh. Beliau dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat.
Ketika ia menunaikan ibadah haji di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu agamanya dan selain itu tidak lupa beliau menjumpai pimpinan-pimpinan Islam yang ada di sana, sehingga ia mulai tahu tentang bagaimana perjuangan para pemimpin tersebut dalam berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme. Sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya dan Muhammad Saman sanggup berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan, maupun nyawanya demi tegaknya agama dan bangsa. Demi keyakinan ini dibuktikan dengan kehidupan nyata, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah Perang Sabil.

Memimpin Perjuangan

Dengan motivasi perang sabilnya maka satu persatu benteng Belanda dapat direbut dan juga wilayah-wilayah yang selama ini diduduki oleh Belanda dengan mudah jatuh ke tangan pasukannya. Pada bulan Mei tahun 1881 pra pasukan Muhammad Saman dapat merebut benteng Komunis Belanda Lam Baro serta Aneuk Galong dan lain-lain hingga  akhirnya Belanda terjepit di sekitar kota Banda Aceh dengan mempergunakan taktik-taktik lini konsentrasi (concentratie stelsel) yaitu membentuk benteng yang mengelilingi wilayah yang masih dikuasainya.

Teungku Chik di Tiro beliau tokoh yang kembali menggairahkan Perang Aceh pada tahun 1881 setelah menurunnya kegiatan penyerangan terhadap Belanda.

Bukti kehebatannya dapat dibuktikan dari banyaknya pergantian gubernur Belanda untuk Aceh semasa perjuangannya (1881-1891) hingga4 kali, yaitu:
  • Abraham Pruijs vehicle der Hoeven (1881-1883)
  • Philip Franz Laging Tobias (1883-1884)
  • Henry Demmeni (1884-1886)
  • Henri Karel Frederik vehicle Teijn (1886-1891)

Belanda yang merasa kewalahan akhirnya memakai "siasat liuk" dengan meracuni Tgk. Muhammad Saman dan beliau meninggal pada bulan Januari 1891 di benteng Aneuk Galong.


EmoticonEmoticon