Sepak Terjang GAM Mengembalikan Harkat dan Martabat Aceh
Masih mengingat deadline maklumat pemerintah 12 Mei lalu. Hingga batas waktu ultimatum, pemerintah tak juga mengeluarkan keputusan sebagai tanda awal operasi militer di Aceh. Konon, saat itu pemerintah menghitung kekuatan TNI di sana. Ada kekhawatiran karena TNI bakal dilibas habis oleh GAM melalui perang gerilya.
Secara tidak langsung, kabar ini menyiratkan ketangguhan kekuatan bersenjata Tentara GAM dan Sesungguhnya jumlah anggota GAM itu sebagian besar rakyat Aceh pasti akan terus bertambah. Jika rakyat terus ditindas tentu seluruh rakyat itu akan bangkit melawan. Dan, hal seperti inilah yang terjadi di bumi Serambi Mekah itu dan perlawanan GAM mendapat simpati luar biasa dari rakyat Aceh. Rakyat yang lama telah ternista dan teraniaya.
Sambil berkelakar sang Panglima Tertinggi dari GAM dan Wakil Wali Negara Aceh Tengku Abdullah Syafei sempat mengatakan bahwa bayi-bayi warga Aceh telah disiapkan senjata AK-47 oleh GAM. Mereka akan dididik dan dilatih sebagai tentara GAM akan segera pergi berperang melawan Kafe (intilah penindas islam).
Sejatinya, basis perjuangan GAM dilakukan dalam dua sisi yaitu diplomatik dan bersenjata dan Jalur diplomasi langsung dipimpin Hasan Tiro dari Swedia dan Opini dunia dikendalikan dari sini. Sementara basis militer dikendalikan dari markas sendiri di perbatasan Aceh Utara hingga Pidie. Seluruh kekuatan GAM dioperasikan dari tempat ini juga termasuk seluruh komando di sejumlah wilayah di Aceh juga beberapa negara seperti Malaysia, Afghanistan, dan Kazakhstan, Pattani (Thailand), Moro (Filipina), . Namun sering GAM menipu TNI dengan cara mengubah-ubah lokasi markas utama mereka.
Seluruh wilayah Ace GAM membuka tujuh komando, yaitu komando wilayah Pase Pantebahagia, Tamiang,Peurulak, Bateelik, Pidie, Aceh Darussalam dan Meureum dan masing-masing komando dibawahi panglima wilayah.
Sejak berdirinya pada tahun 1977, GAM sangat cepat melakukan pendidikan militer bagi anggota-anggotanya. Setidaknya tahun 1980-an, ribuan anak muda aceh dilatih di camp militer di Libia. Saat itu, Presiden Libia Mohammar Khadafi mengadakan pelatihan militer bagi yang ingin berjihad. Hasan Tiro berhasil memasukkan nama GAM sebagai salah satu peserta pelatihan dan Pemuda kader GAM juga berhasil masuk dalam latihan di camp militer di Kandahar, Afghanistan yang dipimpin Osama bin Laden.
Gelombang pertama masuk pada tahun 1986 dan selanjutnya terus dilakukan hingga akhir 1990. Selama DOM, pengiriman tersendat. nmun angkatan 1995-1998 telah mendapat latihan intensif. Ketika DOM dicabut, prajurit dari Libia ini ditarik ke Aceh. Jumlahnya sekitar 5.000 pasukan dan dijadikan pasukan elite GAM (semacam Kopassus).
Jalur ke Libia memang agak mudah. Para pemuda Aceh itu dikirim melalui Malaysia lalu menuju Libia. Jalur lainnya dari Aceh lalu ke Thailand menuju Afghanistan kemudian melanjutkan ke Libia. Dari jalur ketiga, yakni melalui Aceh menuju Filipina Selatan dan ke Libia. Tiga jalur penting ini hampir selalu jebol dari jangkauan petugas imigrasi, polisi, dan patroli TNI-AL.
Wakil Panglima GAM Wilayah Pase Almarhum Akhmad Kandang pernah mengklaim, jumlah personel GAM 70 ribu. Anggota GAM 490 ribu. Jumlah itu juga termasuk jumlah korban kala DOM 6.169 orang.
Sumber resmi Mabes TNI cuma menyebut sekitar enam ribu orang. Mantan Menhan Machfud MD menyebut 4.869 personel itu. Dari jumlah itu,804 di antaranya dididik di Libia dan 115 dilatih di Filipina — Moro dan persediaan senjatanya terdiri atas pistol, senapan, GLM, mortir, granat, pelontar granat, pelontar roket, RPG, dan bom rakitan dan jenis senapan di antaranya AK-47, M-16, FN, Colt, dan SS-1.
Persenjataan itu diperoleh melalui jalur internasional yang menyuplainya serta sejumlah negara disebut antara lain, gerakan Islam Moro Filipina, gerakan Pattani Thailand, Malaysia, eks pejuang Kamboja, gerakan Sikh India, gerakan Elan Tamil, dan Kazhakstan serta Libia dan Afghanistan. GAM juga membuat pabrik produksi senjata. Di antaranya, di Kreung Sabe, Teunom — Aceh Barat — dan di Lhokseumawe dan Nisau-Aceh Utara dan di Aceh Timur. Jenis senjata yang diproduksi seperti bom, amunisi, senjata laras panjang juga pendek dan pabrik senjata ini bisa dibongkar pasang sesuai dengan kondisi medan. Jika akan diserbu TNI, pabrik senjata ternyata telah dipindahkan ke daerah lain yang aman. Para ahli senjata disekolahkan ke Afghanistan dan Libia.
Senjata-senjata GAM juga disuplai dari Jakarta dan Bandung.
Pasar gelap senjata ini dilakukan oleh oknum TNI dan Polri yang haus kekayaan. Bagi GAM yang penting ada senjata, uang tidak masalah karena faktanya GAM ternyata menyimpan sumber dana yang sangat besar. Jumlah pembelian ke oknum TNI/Polri ini bisa mencapai trilyunan rupiah. Sebuah penggerebekan pada tahun 2000 oleh Polda Metro Jaya dan menemukan kuitansi senilai Rp 3 milyar untuk pembelian senjata GAM melalui pasar gelap dari oknum TNI.
Kinipun senjata yang dimiliki TNI juga dimiliki GAM. Yang tak dimiliki GAM adalah senjata berat. Karena sifatnya yang lamban. Prinsip GAM maka senjata itu harus memiliki mobilitas tinggi, mudah dibawa ke mana-mana. Karena strategi perangnya yang hit and run dan GAM bahkan mengaku memiliki senjata yang lebih modern daripada TNI. Misalnya, senjata otomatis yang dimiliki para karades, Senjata otomatis, berbentuk kecil mungil itu bisa tahan berhari-hari dalam air. Anggota karades inilah yang sering menyusup ke kota-kota dan menyergap anggota TNI/Polri yang teledor.
Membeli senjata tentu dengan uang sangat melimpah karena harganya yang tak murah. Lantas, dari mana mereka mendapatkan dana? GAM memiliki donatur tetap dikumpulkan dari pengusaha-pengusaha Aceh yang sukses di luar negeri. Di antaranya, di Thailand, Malaysia, Singapura, Amerika dan Eropa. Dana juga diperoleh dari sumbangan wajib yang diambil dari perusahaan-perusahaan lokal dan multinasional di wilayah Aceh.
Sebagai gambaran, pada tahun 2000 lalu, GAM meminta sumbangan wajib kepada seorang pengusaha lokal bernama Tengku Abu Bakar senilai Rp 100 juta dan Abu Bakar diberi surat berkop Neugara Atjeh-Sumatera tertanggal 15 Februari tahun 2000 yang ditandatangani oleh Panglima dari GAM Wilayah Aceh Rajek Tengku Tarzura.
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah menyebut Pupuk Iskandar Muda pernah mencairkan Rp 10 milyar ke GAM untuk biaya keamanan. GAM kerap melakukan kegiatan sosial bagi msyrakat, membantu masyarakat yang kesusahan, melindungi warga dari kekejaman TNI. Makanya, setiap bulan, GAM mendapat upeti dari para pengusaha sahabat GAM itu.
Sistem komunikasi GAM tergolong canggih. Sistem komunikasi berlapis dilakukan GAM sebagai benteng pertahanan dan propaganda dan Selain handytalky, GAM juga memiliki radio tranking, radar dan telepon satelit. GAM juga memiliki penyadap telepon. Sering kali gerakan TNI/Polri dimentahkan aksi-aksi penyadapan ini. Penggerebekan sering kali gagal total.
EmoticonEmoticon