Senin, 19 Desember 2016

Manohara Titik Gempa Pijay

MEUREUDU - Tim Ahli Geologi dan Geofisika BMKG menyatakan, gempa bumi yang berpusat di Pidie Jaya, Rabu (7/12) pekan lalu, diakibatkan oleh adanya pencairan tanah (soil liquefaction) di Kawasan Pantai Manohara, Gampong Meunasah Balek, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya.

“Kerusakan terparah pascagempa bumi yang berpusat di Pidie Jaya terdapat di daerah Kecamatan Meureudu, yang diakibatkan oleh adanya liquefaction yang terletak di kawasan Pantai Manohara,” ungkap ahli geologi Dr Sri Hifayati, seperti dilansir dalam siaran pers Bagian Humas dan Protokoler Pemkab Pidie Jaya, Sabtu (17/12).

Dikatakan, hasil pengkajian Tim Ahli Geologi dan Geofisika BMKG ini, dipaparkan dalam konfrensi pers di ruang rapat Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Pijay, Jumat (16/12) malam. Tim ini antara lain terdiri atas ahli geologi Dr Sri Hifayati, ahli geofisika ITB Wahyu Triyoso PhD, dari Kementerian PU Ir Sutadji Yuwasdiki, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Ir B Wisnu Wijaja, dan Kabag Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) ITB, Prof Masyhur Irsyam.

Penelusuran Serambi dari wikipedia.org, pencairan tanah atau likuifaksi tanah (bahasa Inggris: soil liquefaction) adalah suatu fenomena perilaku tanah yang jenuh atau sebagian jenuh, secara substansial kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan. Biasanya gempa bumi yang bergetar atau perubahan lain secara tiba-tiba dalam kondisi menegang, menyebabkan tanah tersebut berperilaku seperti cairan atau air berat.

Dr Sri Hifayati mengatakan, pihaknya juga menemukan retakan lapisan tanah di beberapa titik di Kecamatan Meureudu. Ahli Geofisika ITB, Wahyu Triyoso PhD memaparkan, gempa Pijay terjadi karena adanya gerakan (tanah) naik turun yang kemudian diiringi dengan pergeseran lempeng bumi. Dampak yang paling kuat terjadi kepada bangunan rumah toko (ruko) dan rumah bertingkat.

Sementara Kabag Ikatan Ahli Bencana Indonesian (IABI) ITB, Prof Masyhur Irsyam memaparkan adanya semburan pasir lunak di beberapa titik di kawasan Pidie Jaya. Menurutnya, hal ini disebabkan oelh letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang berada di sebuah cekungan antara perbatasan Aceh Besar hingga ke Bireuen. Sehingga di tempat tersebut mempunyai kontur tanah yang lunak dan berpasir.

Ia menyebutkan, patahan dan hentakan yang terjadi saat gempa beberapa hari lalu, menyebabkan keluarnya bagian dalam dari lapisan yang berupa pasir halus. “Pasir halus ini keluar dari retakan dan patahan yang ada, seperti yang terdapat di daerah Pante Raja,” ungkap Masyhur Irsyam seperti dilansir Humas Pemkab Pijay.

Menurut Irsyam, endapan pasir lunak yang terdapat di bawah lapisan tanah ini sangat berpengaruh terhadap lapisan yang ada di atasnya. Sebab, dengan adanya pergerakan lempengan yang terletak di Pidie Jaya ini, akan memberikan efek yang sangat dahsyat sehingga dapat meruntuhkan bangunan yang memiliki bahan material kurang baik.

Sementara itu, dari ahli Kementrian PU Ir Sutadji Yuwasdiki, dalam paparannya me

Selain itu, banyak dinding yang tidak memiliki pengikat ke pilar yang ada, sehingga sangat mudah untuk terlepas dari kedudukannya. Ditemukan juga banyak bangunan ruko yang menambah ketinggian jumlah lantai, seperti penambahan ruangan untuk sarang burung walet.

Sutadji menyarankan agar bangunan yang akan dibangun di kawasan Pidie Jaya pada masa mendatang tidak seluruhya menggunakan bahan beton, tapi menggunakan bahan yang relatif ringan, sehingga tidak memberikan beban yang besar terhadap pilar.

Sedangkan Deputi bidang pencegahan dan kesiapsiagaan, Ir B Wisnu Wijaja mengatakan, gempa Pidie Jaya merupakan suatu pembelajaran yang paling berharga. Karenanya, ia mengharapkan penyampaian dari para ahli dapat diteruskan dan disampaikan kepada masyarakat agar tidak perlu takut dengan adanya gempa susulan. “Dilihat dari waktu yang sudah melebihi dari hari ke tujuh, tidak akan terjadi lagi gempa susulan dengan skala yang lebih besar,” kata Wisnu Wijaja
ngatakan, kontruksi bangunan masih banyak yang menggunakan baja yang tidak sesuai dengan standarisasi yang ada. “Segi pilar bagunan rata-rata hanya polos dan tidak berserat, sehingga sangat rapuh untuk menopang berat material bangunan yang lain,” ujarnya.


EmoticonEmoticon