Akses masuk menuju Pantai Manohara di Pidie Jaya, Aceh, ditutup warga dengan ranting-ranting pohon, Minggu (11/12).
PIDIE Jaya, Indonesia - Pantai Manohara yang membentang di Desa Meuraksa Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, biasanya tak pernah sepi pada akhir pekan. Namun Sabtu-Minggu kemarin pantai tersebut kosong melompong.
Sebelumnya pada tahun 2014 Empat unit jamboe (pondok-red) mesum di kawasan wisata pantai Manohara, Meunasah Balek, Kecamatan Meureudu pernah dibakar anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilyatul Hisbah (Satpol PP dan WH) Pidie Jaya. Aksi tersebut terjadi setelah pertugas menerima laporan warga setempat, tentang indikasi penyalahgunaan tempat itu. Hasil pengintaian tim ke lokasi, petugas mengetahui perbuatan mesum di beberapa jamboe yang didesain tertutup bak tutup saji nasi.
Kafe-kafe tutup, wisatawan tak ada, dan jalan masuk menuju pantai tersebut diblokir warga dengan ranting-ranting pohon. “Sudah ditutup," kata seorang pria bertopi di tepi jalan saat Rappler hendak masuk ke pantai, Minggu 11 Desember 2016.
Pantai Manohara sejatinya bernama pantai Meuraksa atau pantai Meureudu. Nama Manohara muncul bersaman dengan pemberitaan kisruh rumah tangga Manohara Odelia Pinot dengan Teungku Muhammad Fakhry Petra, putra mahkota Kerajaan Klantan, Malaysia.
Saat itu, memanfaatkan momentum ketenaran Manohara, seorang pemilik kafe di pantai tersebut mencomot nama Manohara untuk dijadikan nama kafenya. Sejak itu pantai ini lebih dikenal dengan nama Pantai Manohara.
Rada Rabu pagi 7 Desember lalu, gempa 6,5 SR menghantam Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Ratusan rumah toko dan rumah hancur berantakkan. 101 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya cedera.
Namun kafe-kafe di bibir Pantai Manohara yang terbuat dari kayu tetap berdiri. Padahal Pantai Manohara merupakan daratan yang paling dekat dengan pusat gempa, yakni 18 kilometer dari timur laut Manohara.
EmoticonEmoticon