BANDA ACEH - Kementerian Luar Negeri Belanda berkolaborasi dengan International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan WWF negara tersebut memberikan dukungan dana untuk program konservasi hutan alam dan mangrove di tiga kawasan daerah aliran sungai (DAS) terbesar di Aceh, yakni Peusangan, Jambo Aye, dan Tamiang (PJT).
Peresmian Program Share Resources Joint Solution (SRJS) dilakukan di Banda Aceh, Rabu (18/1) oleh Sekda Aceh diwakili Staf Ahli Gubernur Aceh Anwar Ishak. Turut hadir dalam acara ini dari Institusi Pemerintahan, Anggota DPR, LSM, dan tokoh masyarakat dari ketiga wilayah DAS itu.
Program SRJS ini secara jangka panjang bertujuan untuk memastikan fungsi ekosistem tetap terjaga guna menjamin ketersediaan air bersih, ketahanan pangan, ketahanan iklim, dan kelestarian keanekaragaman hayati.
“Di seluruh Pulau Sumatera, hanya Aceh yang masih lengkap memiliki spesies payung yang dilindungi, seperti harimau sumatera, badak sumatera, gajah sumatera, dan orangutan,” kata Direktur Sumatera dan Kalimatan WWF-Indonesia Anwar seperti dikutip lewat siaran pers yang dikirim kepada Serambi kemarin.
Anwar mengatakan program ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup satwa yang juga berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat setempat dengan tersedianya air bersih dan udara bersih, juga mendukung ketahanan pangan.
Selain Aceh, program SRJS dilaksanakan juga di Lansekap Bulungan di Kalimantan Utara dan Yapen Waropen di Papua. Program ini akan berjalan selama empat tahun. Dilaksanakan oleh WWF-Indonesia berkolaborasi dengan Forum DAS Krueng Peusangan dan Balai Syura Ureueng Inong Aceh.
Lansekap DAS Peusangan, Jambo Aye dan Tamiang (PJT) dipilih sebagai lokasi program karena wilayah padat penduduk (2,3 juta warga Aceh tinggal di lanskap yang luasnya mencapai 1,6 juta hektare) dan sangat cepat pertumbuhannya. “Daerah ini merupakan pusat investasi, pengembangan pertanian, perkebunan dan infrastruktur,” ujarnya
EmoticonEmoticon