Sabtu, 24 September 2016

Banjir bandang Garut: Mimin naik tiga atap rumah untuk hindari air bah

Mimin Aminah, warga Garut selamat dari banjir bandang dengan naik ke atap beberapa rumah di kampungnya untuk menghindari terjangan air.
Masih lekat dalam ingatan Mimin (48 tahun), bagaimana air bah ini menerjang rumahnya pada Selasa (20/09) malam.
Garut diguyur hujan deras sejak pukul 18.00 WIB dan berlangsung hingga pukul 21.00. Satu jam kemudian Sungai Cimanuk menumpahkan airnya ke lahan pertanian dan permukiman warga di tujuh kecamatan.
"Saya teriak minta tolong. Orang yang mendengar teriakan saya bilang masing-masing menyelamatkan diri," kata Mimin kepada wartawan RRI Garut, Irwan Rudiawan.

Malam itu Mimin tinggal di rumah bersama dua orang anak dan dua orang cucunya. Rumahnya berada di Daerah Aliran Sungai Cimanuk di Kampung Bojong Sudika, Kelurahan Haur Panggung, Kecamatan Tarogong Kidul.
Ia mengatakan pintu rumahnya langsung terbuka karena terdorong air dari luapan sungai. Mimin tidak sadar bahwa ada air secepat dan sebanyak itu masuk ke dalam rumah. Sebab, banjir yang pernah terjadi sebelumnya tidak sedahsyat pada Selasa malam.
Di tengah situasi panik, Mimin langsung mengeluarkan anak dan cucunya. Satu anak dan dua cucunya diserahkan ke orang-orang yang memberikan pertolongan.
Namun, Mimin bersama seorang anaknya terjebak di dalam rumah sementara air sudah terlanjur deras dan semakin tinggi sehingga dia terpaksa merayap ke atap rumah.
Mimin berhasil naik ke atap rumah dibantu anaknya yang masih duduk di bangku kelas I Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Saya ditarik ke atas atap rumah sama anak saya, di atas sangat lama, tak ada bantuan," ujarnya sambari memejamkan mata.
Mimin menerangkan tetangganya juga berada di atap rumah.
Lama-lama air dari luapan Sungai Cimanuk sampai ke atap rumah. Beruntung malam itu kabel listrik mati. Tapi, rumah mulai goyah akibat terjangan air bah.
Untunglah, beberapa saat sebelum rumah roboh dan hanyut, Mimin bersama anaknya berhasil pindah ke atap rumah di sebelahnya.
"Naik ke atas rumah, rumahnya runtuh (hanyut), pindah ke atap rumah lain terus runtuh lagi, yang ketiga ada rumah beton saya naik ke sana," jelas Mimin.
Rumah beton tempat Mimin menghindari maut juga diterjang air bah selama berjam-jam yang membuat rumah itu pun mulai goyang. Ia merasakan atap rumah bergerak.
Karena atap rumah yang terakhir sudah terasa akan roboh, ia bersama anaknya berteriak lagi meminta pertolongan meski dalam hatinya ia sadar mungkin sulit mendapatkan pertolongan dalam situasi seperti ini.
Pertolongan datang dari tetangganya yang melemparkan tambang seukuran jari telunjuk orang dewasa. Mimin dibantu anaknya memegang erat tambang untuk menyelamatkan diri.
Mimin beserta dua anaknya dan dua cucunya selamat setelah mencoba menghindari terjangan air sejak pukul 20.00 hingga 03.00 WIB.


EmoticonEmoticon