TAKENGON - Satu lagi korban granat yang meledak di mobil dinas Mansyur Ismail, anggota DPRK Bener Meriah, meninggal dunia, yaitu Nurma (50). Perempuan yang tak lain adalah istri tua Mansyur Ismail ini meninggal dalam perawatan di RSUD Datu Beru, Jumat (23/9) pagi pukul 06.15 WIB.
Nurma merupakan korban ketiga yang meninggal dunia setelah sebelumnya dua anaknya juga menemui ajal, yaitu putra keduanya Aulia Tahar (23) yang mengemudikan mobil dan adiknya yang bungsu, Haris Sadiki Alhaj (7) yang waktu itu duduk di pangkuan sang ibu di bangku depan.
Seperti diketahui, ledakan granat dalam mobil dinas BL 163 Y tersebut terjadi di Jalan Nasional Bireuen-Takengon, kawasan Kecamatan Pintu Rime Gayo, Sabtu 17 September 2016 sekitar pukul 17.30 WIB ketika keluarga tersebut sedang dalam perjalanan kembali dari Bireuen.
Di dalam mobil ada istri Mansyur Ismail bersama dua anaknya keluarga yang masih ada hubungan famili dengan mereka yaitu Sertu Hasimi bersama istrinya Fauziah dan dua anak mereka, Farhan Rizki (10) dan Intan (5).
Dalam pengusutan polisi, tersangka otak penggranatan tersebut adalah istri muda Mansyur Ismail berinisial SZ (35). Sedangkan tersangka eksekutor yang melemparkan granat ke dalam mobil adalah adik kandung SZ berinisial AF (26) yang hingga berita ini diturunkan masih buron.
Setelah lewat masa kritis
Direktur RSU Datu Beru, Takengon, dr Hardi Yanis , Jumat (23/9) membenarkan Nurma meninggal dunia karena kondisinya tiba-tiba drop setelah sebelumnya dilaporkan sempat membaik.
Menurut Hardi, pada Jumat (23/9) pagi sekitar 04.00 WIB kondisi pasien terus menurun hingga akhirnya pukul 06.15 WIB meninggal dunia di Ruang ICU RSU Datu Beru. “Masa kritisnya memang sudah lewat, bahkan pasien sudah bisa berbicara, tapi beberapa jam menjelang meninggal drop lagi sehingga tak bisa tertolong,” ujarnya.
Padahal, lanjut Hardi, operasi untuk pasien korban ledakan ini direncanakan dalam dua hari ke depan karena melihat kondisi kesehatan Nurma sudah mulai membaik. “Kita sedang menunggu kondisi pasien semakin membaik, akan tetapi takdir bicara lain,” ujar dr Hardi.
Menurut Hardi Yanis, luka yang diderita pasien Nurma lumayan parah karena hampir di sebagian besar tubuhnya terdapat serpihan benda asing. Bahkan salah satu tangannya telah diamputasi. “Jadi, benda asing yang ada di beberapa bagian tubuh pasien harus dibuang. Tapi kondisinya harus stabil dulu. Kalau tangannya memang sudah diamputasi di RSU Bener Meriah, sebelum dirujuk ke RSU Takengon,” jelas Hardi Yanis.
Hingga tadi malam, masih ada tiga korban lainnya yang dirawat di RSU Datu Beru yaitu Sertu Hasimi bersama istrinya, Fauziah dan salah seorang anak mereka Farhan Rizki. Sedangkan seorang lagi anak dari Sertu Hasimi yaitu Intan (5) luput dari cedera.
Segera dilimpahkan
Sementara itu, Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Goenawan kepada Serambi, Kamis (22/9) mengatakan, saat ini pihaknya masih terus memburu AF, tersangka eksekutor atau orang yang menerima perintah dari SZ untuk menggranat mobil dinas BL 136 Y milik anggota DPRK Bener Meriah, Mansyur Ismail.
Pemburuan tersangka AF akan sangat penting untuk mengungkap kasus yang telah merenggut tiga nyawa tersebut, termasuk kepentingan pihak kepolisian untuk mengetahui dari mana AF memperoleh granat. Namun, menurut Goenawan, belum tertangkapnya AF tidak mengurangi validitas alat bukti yang telah didapat penyidik dari berbagai TKP dan sumber ketarangan atau saksi-saksi.
“Penyidik Polres Bener Meriah telah berhasil merangkai anatomi of crime kejahatan dimaksud secara sempurna, alat bukti lain sudah sangat kuat dan dalam waktu dekat berkas perkara kasus ini akan dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU),” kata Goenawan.
Sesuai dengan pasal 185 KUHAP, kata Kombes Pol Goenawan, ada lima alat bukti yang menjadi dasar hukum, pertama keterangan saksi pelapor, keterangan saksi ahli, surat, petunjuk, dan keterangan tersangka/terdakwa. “Tim penyidik berupaya mengumpulkan barang bukti selengkap mungkin, mereka juga sudah bekerja secara profesional menurut standar prosedur yang berlaku,” pungkas Kombes Pol Goenawan
Nurma merupakan korban ketiga yang meninggal dunia setelah sebelumnya dua anaknya juga menemui ajal, yaitu putra keduanya Aulia Tahar (23) yang mengemudikan mobil dan adiknya yang bungsu, Haris Sadiki Alhaj (7) yang waktu itu duduk di pangkuan sang ibu di bangku depan.
Seperti diketahui, ledakan granat dalam mobil dinas BL 163 Y tersebut terjadi di Jalan Nasional Bireuen-Takengon, kawasan Kecamatan Pintu Rime Gayo, Sabtu 17 September 2016 sekitar pukul 17.30 WIB ketika keluarga tersebut sedang dalam perjalanan kembali dari Bireuen.
Di dalam mobil ada istri Mansyur Ismail bersama dua anaknya keluarga yang masih ada hubungan famili dengan mereka yaitu Sertu Hasimi bersama istrinya Fauziah dan dua anak mereka, Farhan Rizki (10) dan Intan (5).
Dalam pengusutan polisi, tersangka otak penggranatan tersebut adalah istri muda Mansyur Ismail berinisial SZ (35). Sedangkan tersangka eksekutor yang melemparkan granat ke dalam mobil adalah adik kandung SZ berinisial AF (26) yang hingga berita ini diturunkan masih buron.
Setelah lewat masa kritis
Direktur RSU Datu Beru, Takengon, dr Hardi Yanis , Jumat (23/9) membenarkan Nurma meninggal dunia karena kondisinya tiba-tiba drop setelah sebelumnya dilaporkan sempat membaik.
Menurut Hardi, pada Jumat (23/9) pagi sekitar 04.00 WIB kondisi pasien terus menurun hingga akhirnya pukul 06.15 WIB meninggal dunia di Ruang ICU RSU Datu Beru. “Masa kritisnya memang sudah lewat, bahkan pasien sudah bisa berbicara, tapi beberapa jam menjelang meninggal drop lagi sehingga tak bisa tertolong,” ujarnya.
Padahal, lanjut Hardi, operasi untuk pasien korban ledakan ini direncanakan dalam dua hari ke depan karena melihat kondisi kesehatan Nurma sudah mulai membaik. “Kita sedang menunggu kondisi pasien semakin membaik, akan tetapi takdir bicara lain,” ujar dr Hardi.
Menurut Hardi Yanis, luka yang diderita pasien Nurma lumayan parah karena hampir di sebagian besar tubuhnya terdapat serpihan benda asing. Bahkan salah satu tangannya telah diamputasi. “Jadi, benda asing yang ada di beberapa bagian tubuh pasien harus dibuang. Tapi kondisinya harus stabil dulu. Kalau tangannya memang sudah diamputasi di RSU Bener Meriah, sebelum dirujuk ke RSU Takengon,” jelas Hardi Yanis.
Hingga tadi malam, masih ada tiga korban lainnya yang dirawat di RSU Datu Beru yaitu Sertu Hasimi bersama istrinya, Fauziah dan salah seorang anak mereka Farhan Rizki. Sedangkan seorang lagi anak dari Sertu Hasimi yaitu Intan (5) luput dari cedera.
Segera dilimpahkan
Sementara itu, Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Goenawan kepada Serambi, Kamis (22/9) mengatakan, saat ini pihaknya masih terus memburu AF, tersangka eksekutor atau orang yang menerima perintah dari SZ untuk menggranat mobil dinas BL 136 Y milik anggota DPRK Bener Meriah, Mansyur Ismail.
Pemburuan tersangka AF akan sangat penting untuk mengungkap kasus yang telah merenggut tiga nyawa tersebut, termasuk kepentingan pihak kepolisian untuk mengetahui dari mana AF memperoleh granat. Namun, menurut Goenawan, belum tertangkapnya AF tidak mengurangi validitas alat bukti yang telah didapat penyidik dari berbagai TKP dan sumber ketarangan atau saksi-saksi.
“Penyidik Polres Bener Meriah telah berhasil merangkai anatomi of crime kejahatan dimaksud secara sempurna, alat bukti lain sudah sangat kuat dan dalam waktu dekat berkas perkara kasus ini akan dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU),” kata Goenawan.
Sesuai dengan pasal 185 KUHAP, kata Kombes Pol Goenawan, ada lima alat bukti yang menjadi dasar hukum, pertama keterangan saksi pelapor, keterangan saksi ahli, surat, petunjuk, dan keterangan tersangka/terdakwa. “Tim penyidik berupaya mengumpulkan barang bukti selengkap mungkin, mereka juga sudah bekerja secara profesional menurut standar prosedur yang berlaku,” pungkas Kombes Pol Goenawan
EmoticonEmoticon