Kapolres Bener Meriah, AKBP Deden Soemantri mengungkapkan, kasus penggranatan mobil dinas Anggota DPRK Bener Meriah, Mansyur Ismail, pada Sabtu (17/9) sore yang menyebabkan dua orang tewas dan empat lainnya terluka, ternyata diotaki oleh SZ (35), istri muda Mansyur. Dialah yang mengatur semuanya, bahkan mendanai pembelian granat.
Hal itu ditegaskan Kapolres Bener Meriah, Kamis (22/9) kemarin, untuk mengoreksi keterangan SZ kepada wartawan harian ini dalam wawancara eksklusif dengannya Rabu pagi yang disiarkan kemarin.
Dalam wawancara itu SZ mengaku sama sekali tidak terlibat dalam aksi penggranatan, tetapi adiknyalah berinisial AF yang melakukan semuanya. Termasuk mencari granat yang kemudian digunakan untuk meledakkan mobil dinas yang sedang disopiri Aulia Tahar (32), anak Mansyur dengan Nurma, istri pertamanya.
Aulia Tahar menjadi sasaran penggranatan karena, menurut SZ, ia sakit hati pada anak tirinya itu lantaran sering meneror dan memukulnya. AF yang bersimpati mendengar keluhan kakaknya atas ulah Aulia itu akhirnya tergerak untuk mengeksekusi Aulia saat menyetir mobil dinas ayahnya dalam perjalanan Bireuen ke Bener Meriah.
Setelah melakukan penggaranatan itu, AF melapor kepada SZ bahwa “tugas” sudah ia tunaikan, lalu AF melarikan diri dari Bener Meriah. Hingga tadi malam adik kandung SZ itu masih diuber polisi.
Menurut Kapolres Bener Meriah, dalam keterangan SZ kepada penyidik, ia telah mengaku sebagai orang yang mengatur skenario penggranatan itu. Pengakuannya juga dikuatkan dengan sejumlah barang bukti (BB) serta didukung keterangan sejumlah saksi.
“Jadi, kalau saat diwawancari SZ mengaku tidak terlibat, itu hanya bahasa pembelaannya saja. Sebelumnya, ia sudah mengaku kok bahwa dialah yang mengatur semua aksi itu,” kata Kapolres AKBP Deden Soemantri.
Deden menambahkan, saat mengatur tahap demi tahap rencana penggranatan itu, SZ juga mengajak adiknya, AF, untuk menyusun skenario aksi. SZ bahkan menyediakan uang Rp 3 juta untuk membeli granat, lalu menyimpan granat itu di rumahnya.
SZ pula yang aktif bertanya via handphone kepada Mansyur yang sedang berada di Jakarta tentang kapan istri pertamanya, Nurma, kembali ke Bener Meriah dari Bireuen dan siapa yang mengemudikan mobil Kijang Innova BL 136 Y itu. Karena tak curiga bahwa SZ sudah punya niat untuk mencelakai Aulia, Mansyur berterus terang bahwa Aulialah yang akan menyopiri mobil itu.
Setelah mendapatkan informasi akurat tentang jam kepulangan istri pertama Mansyur dari Bireuen ke Bener Meriah dan mobil itu disopiri Aulia, maka SZ langsung menyuruh AF untuk beraksi. Selain memberikan sebuah granat nanas kepada adiknya itu, SZ juga meminjamkan sepeda motor miliknya.
Kelak terungkap bahwa sepeda motor itulah yang digunakan AF untuk beraksi, mendekati mobil, lalu melemparkan granat dari sela kaca yang terbuka ke dalam mobil. Granat itu akhirnya meledak di dalam mobil. Dampaknya dahsyat. Seorang bocah tewas, lima lainnya luka berat. Yang tewas itu adalah Nana Kibi (5), adik bungsu Aulia yang saat itu dipangku Nurma. Nurma duduk di samping Aulia yang sedang mengemudi. Sedangkan di kursi belakang, Sertu Hasimi bersama istrinya Fauziah dan dua anak mereka, Farhan Rizki (10) dan Intan (5), ikut terkena dampak ledakan. Hampir semua korban harus dirawat di rumah sakit.
Esoknya, Minggu (18/9) sekira pukul 12.00 WIB, saat dirawat di Ruang ICU RSU Datu Beru Takengon, giliran Aulia yang mengembuskan napas terakhir karena lukanya sangat parah. Dan, sasaran penggranatan itu, menurut SZ, memang hanya tertuju kepada Aulia, bukan kepada adik Aulia (Nana Kibi), juga bukan kepada Nurma yang merupakan madu SZ.
Sementara itu, Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Aceh kemarin mengirimkan surat sanggahan ke redaksi tentang profesi SZ. Menurut Ketua IBI Aceh, Hj Syahbandi AMKeb SKep, pihaknya sudah melakukan konfirmasi kepada Ketua Pengurus Cabang IBI Kabupaten Bener Meriah. Diperoleh informasi bahwa SZ ternyata bukan bidan, sebagaimana disebut dalam feature berjudil Ketika Bu Bidan Tersandung Granat yang dipublikasi Rabu (21/9).
“Untuk menjaga nama baik profesi, kami mohon untuk mengklarifikasi pemberitaan tersebut, karena yang bersangkutan bukan berprofesi bidan,” demikian dinyatakan Hj Syahbandi bersama sekretarisnya, Hj Isnaniah AmdKeb.
Saat diwawancarai, Rabu lalu, SZ memang tidak menyebutkan rinci apa profesinya, kecuali menyebut bahwa dia PNS. Namun, sebelumnya pihak kepolisianlah yang mengatakan kepada media bahwa SZ berprofesi bidan.
Hal itu ditegaskan Kapolres Bener Meriah, Kamis (22/9) kemarin, untuk mengoreksi keterangan SZ kepada wartawan harian ini dalam wawancara eksklusif dengannya Rabu pagi yang disiarkan kemarin.
Dalam wawancara itu SZ mengaku sama sekali tidak terlibat dalam aksi penggranatan, tetapi adiknyalah berinisial AF yang melakukan semuanya. Termasuk mencari granat yang kemudian digunakan untuk meledakkan mobil dinas yang sedang disopiri Aulia Tahar (32), anak Mansyur dengan Nurma, istri pertamanya.
Aulia Tahar menjadi sasaran penggranatan karena, menurut SZ, ia sakit hati pada anak tirinya itu lantaran sering meneror dan memukulnya. AF yang bersimpati mendengar keluhan kakaknya atas ulah Aulia itu akhirnya tergerak untuk mengeksekusi Aulia saat menyetir mobil dinas ayahnya dalam perjalanan Bireuen ke Bener Meriah.
Setelah melakukan penggaranatan itu, AF melapor kepada SZ bahwa “tugas” sudah ia tunaikan, lalu AF melarikan diri dari Bener Meriah. Hingga tadi malam adik kandung SZ itu masih diuber polisi.
Menurut Kapolres Bener Meriah, dalam keterangan SZ kepada penyidik, ia telah mengaku sebagai orang yang mengatur skenario penggranatan itu. Pengakuannya juga dikuatkan dengan sejumlah barang bukti (BB) serta didukung keterangan sejumlah saksi.
“Jadi, kalau saat diwawancari SZ mengaku tidak terlibat, itu hanya bahasa pembelaannya saja. Sebelumnya, ia sudah mengaku kok bahwa dialah yang mengatur semua aksi itu,” kata Kapolres AKBP Deden Soemantri.
Deden menambahkan, saat mengatur tahap demi tahap rencana penggranatan itu, SZ juga mengajak adiknya, AF, untuk menyusun skenario aksi. SZ bahkan menyediakan uang Rp 3 juta untuk membeli granat, lalu menyimpan granat itu di rumahnya.
SZ pula yang aktif bertanya via handphone kepada Mansyur yang sedang berada di Jakarta tentang kapan istri pertamanya, Nurma, kembali ke Bener Meriah dari Bireuen dan siapa yang mengemudikan mobil Kijang Innova BL 136 Y itu. Karena tak curiga bahwa SZ sudah punya niat untuk mencelakai Aulia, Mansyur berterus terang bahwa Aulialah yang akan menyopiri mobil itu.
Setelah mendapatkan informasi akurat tentang jam kepulangan istri pertama Mansyur dari Bireuen ke Bener Meriah dan mobil itu disopiri Aulia, maka SZ langsung menyuruh AF untuk beraksi. Selain memberikan sebuah granat nanas kepada adiknya itu, SZ juga meminjamkan sepeda motor miliknya.
Kelak terungkap bahwa sepeda motor itulah yang digunakan AF untuk beraksi, mendekati mobil, lalu melemparkan granat dari sela kaca yang terbuka ke dalam mobil. Granat itu akhirnya meledak di dalam mobil. Dampaknya dahsyat. Seorang bocah tewas, lima lainnya luka berat. Yang tewas itu adalah Nana Kibi (5), adik bungsu Aulia yang saat itu dipangku Nurma. Nurma duduk di samping Aulia yang sedang mengemudi. Sedangkan di kursi belakang, Sertu Hasimi bersama istrinya Fauziah dan dua anak mereka, Farhan Rizki (10) dan Intan (5), ikut terkena dampak ledakan. Hampir semua korban harus dirawat di rumah sakit.
Esoknya, Minggu (18/9) sekira pukul 12.00 WIB, saat dirawat di Ruang ICU RSU Datu Beru Takengon, giliran Aulia yang mengembuskan napas terakhir karena lukanya sangat parah. Dan, sasaran penggranatan itu, menurut SZ, memang hanya tertuju kepada Aulia, bukan kepada adik Aulia (Nana Kibi), juga bukan kepada Nurma yang merupakan madu SZ.
Sementara itu, Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Aceh kemarin mengirimkan surat sanggahan ke redaksi tentang profesi SZ. Menurut Ketua IBI Aceh, Hj Syahbandi AMKeb SKep, pihaknya sudah melakukan konfirmasi kepada Ketua Pengurus Cabang IBI Kabupaten Bener Meriah. Diperoleh informasi bahwa SZ ternyata bukan bidan, sebagaimana disebut dalam feature berjudil Ketika Bu Bidan Tersandung Granat yang dipublikasi Rabu (21/9).
“Untuk menjaga nama baik profesi, kami mohon untuk mengklarifikasi pemberitaan tersebut, karena yang bersangkutan bukan berprofesi bidan,” demikian dinyatakan Hj Syahbandi bersama sekretarisnya, Hj Isnaniah AmdKeb.
Saat diwawancarai, Rabu lalu, SZ memang tidak menyebutkan rinci apa profesinya, kecuali menyebut bahwa dia PNS. Namun, sebelumnya pihak kepolisianlah yang mengatakan kepada media bahwa SZ berprofesi bidan.
EmoticonEmoticon