BIREUEN SEBAGAI KOTA SEJARAH PERJUANGAN
Bireuen merupakan daerah yang terletak di Kerajaan Jeumpa, pusat Kerajaan Jeumpa letaknya di Blang Seupeung, kira-kira letaknya 7 km arah barat daya Ibukota Bireuen. Secara geografis kerajaan Jeumpa wilayahnya batas pinggir krueng Peudada di sebelah barat sampai Krueng Peusangan sebelah timur. Menurut cacatan sejarah tahun 1511 M. sebelum Belanda masuk ke wilayah Aceh Kerajaan Jeumpa sudah ada semejak Protugis berada di Aceh dan Malaka. Sehingga Bireuen di beri nama Ibukota Kecamatan Jeumpa disaat Tahun Dua Ribu yang lalu.
Bireuen berasal dari bahasa Arab yaitu Birrun artinya kebajikan jadi Bireuen itu bukanlah asal kata Bireuweueng (memberi ruang atau celah) tetapi Birrun itulah asal kota bireuen sekarang. Dulu Bireuen namanya Cot Hagu,kemudian Bireuen di juluki sebagai kota Perjuangan. Perjalanan sejarah telah membuktikan di zaman revolusi 1945 kemiliteran Aceh pernah di pusatkan di Bireuen yaitu berada di Juli Keudee Dua di bawah Komando Panglima di visi X Kolonel Hussein Jousoef. Di pilihnya Bireuen Pusat kemiliteran Aceh,lantara Bireuen Letaknya sangat strategis dalam mengatur srategi Aceh untuk memblok kade serangan Belanda yang telah mengusai Medan Area ( Sumut),pada saat tersebut seluruh Rakyat Aceh kumpul di Bireuen untuk berjuang mengusir Penjajah Belanda di bawah pimpinan colonell Hussein Jousoef sampai bertempur ke Medan Area melalui di visi x tersebut Belanda hengkan dari bumi Aceh.
Pada saat agresi ke II ,disaat itu pejuang-pejuang Bireuen bertempur di Medan Pertempuran dalam membela NKRI yang kita cintai.Itulah Perjuangan Rakyat Bireuen dalam memperjuangkan kemerdekaan pada saat melawan Belanda.
Perang Krueng Panjoe, menurut sejarah dalam merebut kemerdekaan RI rakyat Krueng Panjoe sempat menghadang kereta api yang tiba dari arah timur menuju Kuta Raja (Banda aceh) sekarang. Pejuang telah mengatur strategi merusakkan rel (memotong rel kereta api) dengan sendirinya kereta api terhenti saat itulah kesempatan pejuang (Rakyat) menusuk, menikam musuh satu persatu sehingga terjadi penyerangan luar biasa, pasukan Belanda gagal menuju Kuta Raja dalam pertempuran tersebut kedua pihak menjadi korban, menurut cacatan sejarah.
Kemudian Perang Pandrah dalam melawan Agresi Belanda rakyat Pandrah Mengorbankan semangat juang dalam mempertahankan NKRI dimana subuh pagi serdadu Belanda saat mendarat tepatnya di Ujoeng Kareueng di situlah pertempuran sangat sengit dengan serdadu Belanda. Saat pertempuran puluhan pejuang mati syahid sehingga darah pejuang mengalir di Krueng Pandrah. begitu juga serdadu Belanda banyak yang tewas darahnya tercecer di pinggir jalan, sejarah Perang Pandrah dalam mempertahankan NKRI. Membuktikan sejarah dibuat lambang ditengah-tengah Kota Bireuen yaitu Tugu Perjuangan Rakyat Bireuen dari Batee Iliek (Samalanga) sampai Krueng Panjoe GandaPura.
Pada saat melawan serdadu Belanda, Tugu tersebut sekarang telah mengalami renofasi (perubahan).
Peristiwa DI/TII, menurut sejarah tepatnya tanggal 20 September 1953 Bireuen telah dikepung oleh Tentara DI/TII dibawah pimpinan Abdul Hamidmarkas (Batalion) DI/TII di Juli Keude Dua, dengan bersatunya DI/TII dalam NKRI maka pemerintah membuat lambang sebuah Tugu“Batee Kureeng” yang disandingkan dengan tugu perjuangan.
Bireuen penuh dengan fonomena sejarah perjuangan sehingga pada tahun 1987 Letjen Purn Bustanil Arifin sebagai Menteri Koperasi (Kabulog) di saksikan oleh para tokoh pejuang Angkatan 1945 Bireuen mengukuhkan kembali julukan Kota Perjuangan (Kota Juang) Bireuen. Di halaman Pendopo Bupati sekarang sejarah paling berkesan menorehkan :”Sebuah semboyan di batu besar gemilang datang pada mu bila tekad kukuh berpadu”
Bireuen menuju cita-cita.
Bireuen sebagai kota kenangan sejarah kemerdekaan NKRI Bisa dikenang sampai anak cucu
Menurut cacatan sejarah, banyak Rakyat Aceh (masyarakat Bireuen) saat bertempur melawan para penjajah banyak yang gugur di Medan Perang pertempuran begitu juga pihak lawan saat itu. Yang memberi makna “Hudep Saree Mate Syahit” pada saat agresi ke dua wilayah Bireuen miliki kekuatan militer yang sagat tangguh melalui di visi x pimpinan Kolonel Husein Jusoef. Belanda hengkan dari Aceh melalui Radio Rimba Raya telah berhasil memblok kade siaran bohong radio Belanda bahwa Indonesia sudah di kuasai lagi oleh Belanda pada tahun 1948 pada saat tersebut Indonesia lumpuh total cuman tinggal sedaun kelor ,tempatnya di ujung pulau Sumatra Aceh ( Bireuen ) melalui radio Rimba Raya tersebut telah menyakinkan dunia internasional bahwa Indonesia masih ada,sehingga Radio rimba raya yang mengudara enam bahasa yang di siarkan: Indonesia,inggris,Belanda,Cina,Urdu dan Arab yang di tangkap jelas Radio semenanjung Melayu Vietnam, Filipina, India dan Eropa,
bahwa Indonesia masih utuh. dari Radio Rimba Raya sangat berjasa bagi Republik Indonesia yang di pimpin oleh Kolonel Hussein Joesof
Makanya Bireuen kota yang tidak bisa di lupakan sepanjang sejarah memperjuangkan NKRI kemudia pada tanggal 18 Juni 1948 presiden Soekarno datang Ke Bireuen dalam rangka kunjungan kerja ke Bireuen dengan pesawat khusus Dakoda yang di pilot Teuku Iskandar. Pesawat itu mendarat di lapangan Cot Gapu, Soekarno di sambut oleh para tokoh-tokoh Aceh dan masyarakat diantaranya Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Teungku Daud Bereueh ,Panglima Divisi X, Kolonel Hussein Joeosoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan seluruh Rakyat Bireuen sangat antusias dalam memperjuangkan NKRI sehingga Soekarno sempat berpidato di hadapan masyarakat Bireuen bahwa Belanda telah menguasai lagi Indonesia dan ibukota RI ke dua jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1948, dalam pidatonya Soekarno membakar semangat juang rakyat Bireuen sehingga Soekarno menyatakan aceh sebagai daerah modal bagi Republik Indonesia . karna Aceh tidak dapat di kuasai (di taklukan) oleh Belanda. Pada saat itu ibukota RI ke II Yogjakarta sudah di kuasai Belanda makanya Bireuen sempat menjadi ibukota RI ke III selama sepekan, percaya tidak percaya Bireuen pernah menjadi ibukota RI ke III. Itulah momen yang tidak pernah bisa kita lupakan dalam sejarah, walaupun Bireuen tidak kemana-mana tetepi sejarah Bireuen ada di mana-mana.
Jauh sebelum Indonesia merdeka Bireuen sudah duluan lebih maju terutama sekali di Bidang Pendidikan Bireuen memiliki Perguruan Islam yaitu normal Islam letaknya di Juli Cot Meurak dan Almuslim Peusangan. banyak pelajar Aceh dan Luar Aceh yang menuntut Ilmu di Bireuen
Kemudian di awal ke merdekaan sekedar di ketahui Bireuen memiliki Akdemi Militer milik di visi X yang berkedudukanJuli Keude Dua para Alumni Akedemi Militer di Juli antara lainLetjen Purn Bustanil Arifin( sesupuh masyarakat Aceh), Mayjen Purn T Hamzah Bendahara,Kolonel M Syah Asyek, Mayor Abdullah Yakob, Mayor Purn M Yusuf Ahmad Alias Yusuf Tank dan lain-lain. Kemudian di era tahun 1970- an di Bireuen pernah berdiri Fakultas Hukum yang belum ada di daerah kabupaten lain di Aceh,kecuali Banda Aceh. Itulah makanya Bireuen di gelar kota pendidikan di bidang Seni Budaya Bireuen tidak pernah ketinggalan sangat populer terutama sekali Seudati Tunang antara lain Syeh Rasyid dan Syeh Lah Geunta, malah Syeh Lah Geunta pernah tampil di luar negeri di era 80-an.
Di era 70-an Sandiwara Sinar Jeumpa Geulanggang Labu Bireuen pernah popular juga. Di seluruh Siantoro Aceh yang di bawah Pimpinan H Abdullah Banson di era tahun yang sama , selain itu Bireuen di gelar sebagai Kota Industri antara lain di Bireuen pernah berdiriPabrik Korek Api, Pabrik Kawat Duri , dan Pabrik Paku tempatnya di Cot Gapu Bireuen, pada saat itu banyak tenaga kerja yang di pekerjakan pada pabrik tersebut sehingga peningkatan ekonomi masyarakat lebih baik. Bireuen lebih maju di segala segi di era tahun 70-an di bandingkan daerah lain di Aceh. Bireuen pada saat itu masih Ibukota kewedanaan di bawah Kabupaten Aceh Utara. Setelah Tahun 70-an Bireuen berubah menjadi Ibukota Perwakilan Aceh Utara yang di pimpin oleh Mayor Abdullah Yakob Merangkap Bupati Aceh Utara. Beberapa tahun kemudian Bireuen menjadi Ibukota pembantu Bupati sampai Tahun 1999 Bireuen di pimpin oleh Abdullah Is dan pada tanggal 12 Oktober 1999Bireuen resmi menjadi Ibukota Kabupaten yang di cetuskan oleh tokoh-tokoh masyarakat Bireuen antara lain H Hamdani Raden Habet Bransyah, Sofyan Ali,H.Subarni dll.
Penjabat Bupati Pertama yaituH.Hamdani Raden kemudian tahun 2002 di pimpin oleh Drs.H.Mustafa A.Glangggang tahun 2008 di pimpin oleh Drs. H.Nurdin Abdul Rahmankemudian tahun 2012 sampai sekarang Bireuen di pimpin olehH.Ruslan M Daud( Harus Muda). Dengan Semboyan “Zaman boleh berganti,tetapi sejarah Bireuen harus di kenang kembali”.
Melalui Bupati H Ruslan M daud ( Harus Muda ) masyarakat Bireuen bisa menggantungkan harapan agar beliau, bisa membangkitkan perekonomian masyarakat dengan menciptakan lapangan kerja agar Rakyat Bireuen lebih makmur dan Kota Bireuen lebih maju seperti Di era tahun 70-an.
Demikian sejarah singkat Bireuen semoga Bireuen menjadi awal contoh kebaikan bagi Aceh
EmoticonEmoticon